PENERAPAN
BUDAYA POSITIF DI SMP NEGERI 1 TURI LAMONGAN
OLEH : RATNANINGSIH, M.Pd.
CGP ANGKATAN 5
KABUPATEN LAMONGAN
A. LATAR
BELAKANG
Budaya positif pada
hekekatnya adalah perwujudan nilai-nilai kebajikan universal yang diterapkan di
sekolah. Budaya positif terbentuk dari karakter-karakter baik, karakter baik
tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan baik, dan kebiasaan baik bermula dari
lingkungan yang positif, yaitu lingkungan yang terdiri dari warga sekolah yang
saling mendukung, saling belajar, dan saling bekerja sama. Guru merupakan sosok
yang paling bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan positif tersebut.
Menurut convergentie
theory, seorang anak yang lahir seumpama selembar kertas putih yang sudah
ditulisi penuh, tetapi tulisan yang masih samar. Tugas pendidikanlah untuk
menebalkan tulisan samar yang baik, agar dapat nampak sebagai budi pekerti yang
baik. Sementara tulisan samar yang jelek dibiarkan saja agar semakin samar,
jangan sampai menjadi tebal. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara,
bahwa tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat anak, agar anak dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Dan itu bisa tercapai jika di sekolah diterapkan
budaya positif.
Budaya positif di sekolah
ditandai dengan adanya disiplin positif yaitu disiplin yang bertujuan untuk
menanamkan motivasi internal pada murid. Adanya perubahan paradigma tentang
solusi terhadap murid yang melakukan kesalahan/ melanggar kedisiplinan, bukan dengan
hukuman atau konsekuensi melainkan dengan restitusi terdiri dari tiga langkah
yang disebut segitiga restitusi. Menghindari pemberian penghargaan yang bisa
berdampak negatif kepada murid. Penerapan posisi kontrol guru terhadap murid
yang tepat, yaitu sebagai manajer. Dan penerapan nilai-nilai kebajikan
universal dalam bentuk keyakinan sekolah/ kelas yang diwujudkan dalam
kesepakatan kelas.
Budaya positif dapat terwujud apabila didukung oleh seluruh warga sekolah, mulai kepala sekolah, guru, murid, maupun orang tua/ wali murid. Untuk itulah, saya sebagai calon guru penggerak merasa perlu berbagi kepada semua warga sekolah, agar nantinya dapat berjuang mewujudkan budaya positif di sekolah bersama-sama. Segala sesuatu jika dilakukan Bersama, seberat apapun itu akan terasa lebih ringan dan mudah.
B.
TUJUAN
Menerapkan Budaya Positif di SMP Negeri I Turi melalui
disiplin positif, merubah paradigma posisi kontrol guru, pananganan
ketidakdisiplinan dengan restitusi dan penerapan nilai-nilai kebajikan
universal melalui keyakinan kelas.
C.
TOLOK UKUR KEBERHASILAN
Terlaksananya/
terwujudnya Budaya Positif di SMP Negeri I Turi Lamongan. melalui:
·
Penerapan Disiplin positif
·
Perubaan paradigma posisi kontrol guru
·
Penanganan ketidakdisiplinan dengan restitusi
·
Penerapan nilai-nilai kebajikan melalui
keyakinan kelas
D.
DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
1.
Dukungan dari Kepala Sekolah dalam
melaksanakan Budaya Positif.
2. Dukungan dari guru (teman sejawat) dan pegawai/
karyawan, untuk bersama-sama melaksanakan budaya positif di SMP Negeri I Turi.
3.
Dukungan dari semua murid
E.
LINIMASA KEGIATAN
1.
Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah
tentang pelaksanaan budaya positif, rencana aksi nyata dan sosialisasi budaya
positif (Berbagi Praktik Baik Budaya Positif)
2.
Berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah,
kaur tentang pelaksanaan sosilisasi
3.
Persiapan:
a. Menyusun
PPT untuk presentasi
b. Pengiriman
undangan
c. Persiapan
sarana prasarana: tempat, banner, sound system, dll
4.
Pelaksaksanaan sosiaalisasi/ berbagi
praktik baik (pelaksanaan Aksi Nyata)
F.
REFLEKSI
Saya memang satu-satunya
calon guru penggerak Angkatan 5 dari SMP Negeri I Turi Lamongan, tetapi saya
tidak bekerja sendirian dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan Berbagi
Praktik Baik Budaya Positif ini. Saya mendapat bantuan dari teman-teman guru dan karyawan. Dalam pelaksanaan berbagi
ini banyak teman yang antusias untuk bertanya. Dan kami semua menyadari
ternyata selama ini kami banyak melakukan kesalahan dalam hal budaya positif.
Seperti pemberian hukuman, konsekuensi, maupun penghargaan, maupun posisi
control guru terhadap murid.
Setelah pelaksanaan berbagi praktik
baik, banyak teman guru yang akhirnya berusaha untuk menerapkan budaya positif.
Seperti membuat keyakinan kelas/ kesepakatan kelas, Menerapkan restitusi jika
ada murid yang melakukan kesalahan/ pelanggaran, menerapkan posisi kontrol yang
tepat terhadap murid, dll. Tentunya hal-hal baru yang kami lakukan ini
merupakan upaya untuk melengkapi hal-hal baik yang telah dilakukan sebelumnya.
Sehingga karakter baik akan semakin terbentuk sebagai penunjang utama
terciptanya budaya positif.
G. LAMPIRAN: