Minggu, 05 April 2020

MENJADI GURU UNTUK ANAK SENDIRI: TUGAS ORANG TUA DITENGAH MEREBAKNYA COVID-19


Virus Corona atau Covid-19 (Corona Virus Desease -19), istilah itu yang saat ini setiap hari kita dengar dan kita perbincangkan. Virus yang konon muasalnya dari Wuhan Cina merupakan Virus  yang penularannya luar biasa cepat dan bisa menyerang siapa saja, tidak pandang berapa usianya bisa  lansia, dewasa, muda, remaja, balita, bayi dan tidak pandang jenis kelamian laki-laki atau perempuan, juga tidak pandang status sosial.

Menurut data setiap hari jumlah orang yang terpapar makin meningkat. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, seperti tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita, memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita, kontak jarak dekat dengan penderita, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan. Karena cara penularannya yang sangat mudah itulah pemerintah membuat kebijakan agar masyarakat tidak banyak berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain. Kebijakan tersebut antara lain berupa penutupan sekolah sementara dan memindahkan proses belajar ke rumah, serta kerja dari rumah (WFH: work from home) bagi pegawai atau karyawan.

Untuk pelaksanaan belajar di rumah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus corona (COVID-19), yang isinya adalah:
  • .   Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
  •      Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi COVID-19;
  •       Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah;
  •      Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor atau nilai kuantitatif.


Dalam pelaksanaan belajar di rumah guru secara online tetap berinteraksi dengan siswa untuk membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Untuk memperlancar proses belajar di rumah ada juga bantuan berupa belajar online gratis dari sejumlah layanan edukasi online, misalnya Ruangguru, dari Zenius, Google, Microsoft, Quipper, Sekolahmu, Kelas Pintar, dll.Apakah semua itu cukup bagi siswa, lalu bagaimanakah peran orang tua ?
Selama pelaksanaan belajar di rumah orang tua diharapkan mengawasi serta menjalankan tugas sebagai guru. Dengan kata lain orang tua memiliki profesi baru yaitu sebagi guru untuk putra putrinya sendiri. Sehingga orang tua meluangkan waktunya lebih banyak untuk mendampingi anaknya belajar. Berbagai tanggapan dan keluh kesah muncul dari para orang tua tentang ‘profesi barunya’ tersebut. Ada yang menanggapi belajar di rumah membuat anaknya belajar lebih santai, ada yang menanggapi harus meluangkan waktu lebih banyak padahal mereka juga harus kerja, harus ekstra sabar karena sang anak kurag giat belajar, banyak kesulitan karena orang tua kurang memahami materi pelajaran anaknya, tugas anak terlalu banyak sehingga anak stress, dan sebagainya.

Para orang tua tugasnya makin bertambah, karena harus lebih banyak memperhatikan keseriusan dan motivasi anak dalam belajar yang mana anaknya sepanjang hari berada di rumah. Jika orang tua, para bunda khususnya pada pagi hari pukul 07. 00 sampai siang biasanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil diselingi nonton TV misalnya kini berubah  harus menjaga suasana rumah yang kondusif untuk anaknya belajar dengan mengurangi nonton TV.

Orang tua dengan profesi barunya sebagai  guru, memiliki fungsi ganda selain harus mampu sebagai fasilitator,  juga mampu menjadi  motivator bagi anak selama jam belajar di rumah. Apa yang harus dilakukan orang tua agar profesi barunya sebagai guru bisa berjalan dengan baik, dan hasilnya juga sesuai harapan?
1.      Selalu Menjalin Komunikasi dengan Guru.
Untuk mendukung keberhasilan belajar anak maka orang tua dan sekolah atau guru harus menjalin sinergi yang harmonis, artinya harus ada komunikasi yang baik antara orang tua dengan guru (guru mata pelajaran, wali kelas atau guru kelas).  Guru bisa memantau belajar anak lewat orang tua dan sebaliknya orang tua bisa mendapatkan informasi tentang anaknya dari guru. Diera digital sekarang ini komunikasi dengan mudah bisa dilakukan. misalnya dengan WA, SMS atau yang lain. Bisa dilakukan dalam kelompok misalnya group chatting  atau secara personal.
2.      Dampingi Anak Belajar
Luangkan waktu untuk mendampingi anak ketika sedang belajar di rumah. Dengan begitu anak akan merasa diperhatikan dan semangat belajarnya juga meningkat. Sekali-kali tanyakan apa ada kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak. Mendampingi anak belajar bisa juga sebagai wujud perhatian dan kasih saying orang tua terhadap anak. So, sesibuk apapun kita orang tua luangkanlah waktu untuk mendampingi anak belajar meskipun hanya sebentar.
3.      Ciptakan Suasana yang Nyaman dalam Belajar
Buatlah suasana rumah senyaman dan setenang mungkin agar anak dapat berkonsentrasi ketika belajar. Misalnya: pencahayaan lampu yang cukup, jangan membuat suara yang gaduh atau ketika anak belajar bunda malah sibuk nonton sinetron atau ayah nonton sepak bola sambil bersorak-sorak.
4.      Orang Tua Jangan Gagap Teknologi (Gaptek)

Ayah/ Bunda, belajar dari rumah dilaksanakan melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti android maupun laptop. Karena pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, maka orang tua seyogyanya juga sedikit banyak paham tentang teknologi tersebut. Misalnya bisa mengoperasikan laptop maupun android (kalau yang ini sudah pasti bisa ya Ayah/ Bunda?). Dengan begitu, orang tua bisa tahu dan paham apa yang sedang dilakukan oleh anak-anaknya, benar-benar belajar atau hanya sekedar main game.

5.      Banyak Membaca. untuk Menambah Pengetahuan

Seringkali anak akan bertanya pada orang tua jika merasa kesulitan dalam belajar atau mengerjakan tugasnya. Sebagai orang tua jangan hanya memberi jawaban ‘maaf nak bunda tidak tahu atau ayah tidak mengerti’. Sungguh jawaban yang kurang bijak. Untuk menghindarinya, sebagai orang tua seharusnya lebih banyak menambah pengetahuan dengan cara banyak membaca. Ketika anak belajar orang tuapun ikut belajar. Tentunya tidak bisa semahir guru dalam menguasai materi pelajaran, tetapi paling tidak orang tua tahu dan bisa mengarahkan dimana letak kesulitan siswa. Misalnya; “coba nak jawaban pertanyaannya kita cari disini”, dst. Orang tua mengajak anak berpikir untuk mencari jawaban dan sekaligus diajarkan menerima konsekuensi atas jawabannya itu.Dan ingat harus dihindari orang tua langsung mengerjakan tugas anaknya.

6.      Memperbanyak Stok Kesabaran

Pada saat mendampingi anak belajar, pada saat itulah kesabaran orang tua sedang diuji. Ada anak yang selalu bertanya, sudah diajari tapi tidak juga mengerti, malas-malasan,tidak mau belajar, dan sebagainya.

 “Beli celana di pasar baru
Terkena paku disegala penjuru
Wahai corona cepatlah berlalu
Sebab mamaku tak cocok jadi guru”
atau…
Sudah pasti bukan kangguru
Karena bulunya berwarna merah
Mamaku tak cocok tuk jadi guru
Sebab ngajarnya selalu marah-marah”.

Pernah membaca pantun seperti ini  digruop-group chatting kan? Entah pantun itu benar dibuat oleh anak atau bukan. Bayangkan apabila puisi tersebut benar ditulis oleh anak kita.  Sepertinya lucu, tapi sungguh amat sangat menohok buat para orang tua. Jika menghadapi anak yang selalu bertanya dan bertanya orang tua harus bersyukur, karena hal itu menandakan anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Jangan malah memupus rasa ingin tahu tersebut dengan bentakan atau kemarahan. Jika menghadapi anak yang sulit mengerti, maka ajaklah bersama untuk memahami mana yang belum dimengerti. Jika menghadapi anak yang malas, maka pahamkanlah bahwa kemalasan itu akan merugikan diri sendiri, dll. Jadi intinya, perbanyaklah stok kesabaran anda wahai para orang tua.

Ayah, Bunda, itulah beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai orang tua yang memiliki profesi baru yaitu sebagai guru bagi anaknya sendiri, ditengah merebaknya penyebaran COVID-19. Semoga para orang tua bisa menjadi guru yang diidamkan oleh anaknya sendiri ditengah segala macam keterbatasan. Sehingga bisa mengantarkan anak-anaknya untuk meraih kesuksesan. Episode buruk di negara kita, di bumi kita, di dunia kita semoga cepat berlalu dan kita kembali terbebas dari rasa kuatir akan ancaman Covid-19. Aamiin…..