Rabu, 01 Juni 2022

REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

 


SALAM DAN BAHAGIA

Guru adalah profesi mulia, karena guru merupakan satu sosok yang perannya sangat penting dalam membawa masa depan anak didiknya. Lahirnya generasi yang cerdas, cakap, dan mampu melaksanakan tugas terhadap diri sendiri, keluarganya, masyarakat maupun negara,  merupakan tanggung jawab guru untuk mewujudkannya. Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab berat yang diemban oleh guru, maka setelah memilih guru sebagai profesi seorang guru jangan hanya berdiam diri apa adanya. Tetapi guru seyogyanya terus berusaha mengembangkan profesinya, sehingga bisa menjalankan profesinya dengan maksimal. Tidak hanya cukup dengan bekal ilmu yang didapat pada saat menempuh pendidikan, tetapi juga memperkaya dengan ilmu-ilmu baru melalui berbagai cara, salah satunya melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). Intinya; ‘siapa yang berani menjadi guru, harus berani terus belajar’. Karena setiap insan sejatinya adalah pembelajar sepanjang hayat.

Pada saat mengikuti Program Pendidikan Guru penggerak, salah satu modul yang dipelajari adalah modul 1.1 tentang Refleksi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan tokoh yang mendapat julukan Bapak Pendidikan Nasional, lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Dalam kiprahnya sebagai tokoh Pendidikan pada masa kolonial beliau memiliki filosofi Pendidikan yang bernilai tinggi dan masih sangat  relevan untuk diterapkan dalam dunia Pendidikan di Indonesia saat ini dan masa yang akan datang.

Filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan memang sudah lama ada, namun saya sebagai guru belum betul-betul memahami. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran ternyata saya banyak melakukan ‘kekhilafan”. Saya terkadang memandang bahwa kelas dan peserta didik adalah  sebagai obyek untuk menransfer ilmu pengetahuan. Apa yang saya sampaikan harus bisa dipahami oleh peserta didik, karena saya berasumsi bahwa apa yang ada dalam fikiran dan otak mereka sama dengan apa yang ada dalam fikiran dan otak saya. Metode dan strategi pembelajaran yang saya terapkan memang sudah agak bervariasi, begitu juga dengan media pembelajarannya. Tetapi baik metode atau strategi serta media pembelajaran itu saya pilih tanpa memandang kondisi peserta didik terlebih dahulu. Tanpa memikirkan apakah sesuai dengan minat atau keinginan setiap peserta didik. Apa yang menurut saya baik dan menarik adalah baik dan menarik juga bagi mereka. Sayapun menganggap mereka adalah sama karena berada dalam jenjang/ level  yang sama berarti segala kemampuan yang mereka miliki juga sama. Suatu waktu saya juga pernah memberi hukuman terhadap peserta didik yang melanggar, misalnya  tidak mengerjakan tugas tepat waktu sesuai kesepakatan, terlambat, dll. Dan hal itu sudah berjalan sekian lama. Adakah Bapak/ Ibu guru yang juga melakukan ‘kekhilafan’ seperti saya?

Kemudian kesadaran saya tergugah  setelah mempelajari dan memahami tentang filosofi pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Pendidikan adalah menuntun;“Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah adalah ‘menuntun’ (memfasilitasi atau membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar  agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat” (Ki Hadjar Dewantara). Salam dan Bahagia; keselamatan dan kebahagiaan peserta didik adalah tujuan dari Pendidikan. Setiap anak memiliki potensi masing-masing, tugas guru adalah menuntun agar potensi yang dimiliki bisa berkembang dan tidak salah arah.

Kodrat anak; merdeka dan bermain; “Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak  untuk sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak” Memahami bahwa kodrat anak adalah merdeka, baik merdeka lahir maupun merdeka batin. Manusia merdeka adalah manusia yang lahir batinnya tidak tergantung pada orang lain, tetapi berdasar atas kekuatan sendiri. Merdeka lahir diperoleh dari pengajaran dan merdeka batin diperoleh dari pendidikan. Pendidikan yang memerdekaan adalah pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan peserta didik untuk mengatur dirinya, tumbuh serta berkembang menurut kodrat secara lahiriah dan batiniah.

Pendidikan yang diberikan pada peserta didik adalah pendidikan yang menyenangkan. Jangan sampai peserta didik merasa tertekan atau tidak nyaman selama proses pembelajaran. Pendidikan tanpa kekerasan atau Pendidikan yang ramah anak.

Pendidikan yang berpihak pada anak/ peserta didik. (Student Centered); Peserta didik bukan obyek melainkan subyek dalam pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing, berbeda satu dengan yang lain. Dan guru dituntut/ wajib memahami keunikan tersebut dan tidak mengindahkannya. Karakteristik peserta didik dapat berupa  gender, etnik, kultural, status social, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan social, moral dan spiritual, serta perkembangan motorik, tidak sama satu dengan yang lain meskipun mereka berada pada level atau usia yang sama. Pentingnya mengenali karakteristik masing-masing peserta didik adalah agar guru mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga tidak ada istilah ‘pendidikan gagal’.

Anak bukan tabularasa (kertas kosong);  Setiap peserta didik sudah memiliki potensi, tugas guru adalah menuntun atau mengarahkan. Membimbing, memberi kebebasan menurut maunya, mengamati, dan memberi pertolongan jika diperlukan. Tetapi guru jangan memaksa atau mendikte sesuai kemauan guru.

Budi pekerti (watak/ karakter); Pendidikan bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memperbaiki budi pekerti/ akhlak mulia. Pendidikan berkewajiban menuntun peserta didik untuk menebalkan garis samar yang berisi hal-hal baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Garis samar yang mengandung arti kejelekan atau kejahatan hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram dan hilang. Pendidikan yang diterapkan adalah Pendidikan holistik, keseluruhan dan seimbang.

Kodrat alam dan kodrat zaman; Kodrat alam adalah berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana peserta didik berada. Kodrat zaman merupakan isi dan irama atau dimasa apa kehidupan peserta didik berlangsung. Pendidikan disesuaikan dengan kondisi alam baik kondisi geografis setempat. Pendidikan juga disesuaikan dengan tuntutan zaman. Saat ini yang dibutuhkan peserta didik adalah kemampuan untuk memiliki ketrampilan abad 21. Guru memberi kesempatan peserta didik untuk berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya.

Menebalkan laku konteks sosio kultural; Selain disesuaikan dengan kondisi alam/ geografis, pendidikan juga memperhatikan aspek social budaya setempat (kearifan local). Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat .Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua hal yang  tidak bisa dipisahkan. Peradaban bangsa yang kita cita-citakan dan kita inginkan fondasinya adalah pendidikan. Pendidikan membentuk peradaban.

Setelah memahami filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, saya harus berubah. Memperbaiki kekhilafan yang pernah saya perbuat. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Apa saja perubahan saya lakukan dan terapkan?

Memastikan bahwa ruang kelas  adalah tempat yang nyaman untuk belajar; bersih, indah, rapi dan enak dipandang. Tersedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 

Memastikan peserta didik siap untuk belajar; Dengan adanya kesiapan belajar peserta didik baik jiwa maupun raganya, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Mengenali karakteristik  dan memetakan kondisi peserta didik sesuai karakteristiknya; Setiap peserta didik memiliki karakteristiknya masing-masing. Untuk mengenali karakteristinya bisa dilakukan dengan cara: mengamati selama proses pembelajaran (observasi), tes, mengenali temperamennya, melakukan pendekatan psikologis, menjadi sahabat anak, memahami lingkungan anak, mendiskusikan dengan orang tua, membuat catatan, dll. Dengan begitu guru menjadi tahu bagaimana cara mendekati peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Sehingga merdeka belajar dapat berjalan dengan baik.

Menerapkan Pendidikan yang berpihak pada peserta didik (Student Centered); Peserta didik adalah subyek atau yang utama dalam pembelajaran/ kunci pokok pelaksanaan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator, menuntun, membimbing agar potensi yang dimiliki peserta didik dapat berkembang dengan baik dan terarah.

Menerapkan Pendidikan yang menyenangkan; Guru menghormati dan memperlakukan anak sebaik-baiknya. Menerapkanmodel,  metode atau strategi dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Menghindari hukuman atau kekerasan, baik verbal maupun fisik. Tugas-tugas yang diberikan disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik.

Mengembangkan budi pekerti / karakter peserta didik; Membiasakan kata-kata yang baik seperti maaf, terima kasih, tolong,  menerapkan sikap saling menghormati dan toleransi, dll. Di sekolah saya dalam rangkah penguatan pendidikan karakter terdapat kegiatan JUMAT BERJIHAT (Jumat bersih, ngaji bareng, sholat dhuha dan olahraga sehat).

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alam sekitar, kearifan local dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Dan yang tidak kalah penting adalah selalu berkomunikasi dengan kepala sekolah, teman sejawat, dan orang tua serta masyarakat untuk mengembangkan kualitas Pendidikan.

Harapan saya, saya bisa terus belajar untuk memperbaiki diri agar  menjadi guru yang baik dan bisa menerapkan filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Sehingga dapat memperkecil atau bahkan menghapus kekhilafan terhadap peserta  didik. Semoga guru yang lain juga termotivasi untuk terus belajar dan menerapkan filosofi tersebut di kelas dan sekolah masing-masing.

Buat anak-anak didikku; Nak, Aku bukan guru yang sempurna, maafkan jika selama ini  salah dan khilaf dalam mendidikmu. Tidak peka dan kurang memahami apa yang kalian mau. Tumbuhlah kau dengan terpuji…

Semoga bermanfaat

Terima kasih

 

#progranpendidikangurupenggerakangkatan5

#salamdanbahagia