Senin, 01 Mei 2023

PROSES SOSIALISASI

 Assalamualaikum 

Salam dan bahagia

Siswa hebat, 

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu bersosialisasi dengan menusia lainnya. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia tejadi secara bertahap. Ada beberapa pendapat tentang proses sosialisasi. 

Proses Sosialisasi Menurut Jean Piaget

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget, proses sosialisasi menekankan pada kemampuan anak untuk memahami dunia.

Proses sosialisasi menurut Jean Piaget terjadi dalam empat tahap, yaitu:

  1. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
  2. Tahap Pra operasional (usia 2- 7 tahun)
  3. Tahap operasional Konkret (usia 7- 11 tahun)
  4. Tahap Operasional formal (usia 11- 15 tahun)

Proses Sosialisasi menurut George Hebert Mead

Proses sosialisasi menurut George Hebert Mead juga meliputi empat tahap, yaitu:


  1. Tahap Persiapan (Preparatory stage). Tahap persiapan dimulai saat anak dilahirkan. Pada tahap ini, manusia dalam persiapan untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya sendiri. Preparatory stage adalah proses meniru pada usia awal yang dimulai sejak lahir dengan cara belajar menirukan semua yang diajarkan orang tuanya, mulai belajar berbicara, belajar makan, belajar berjalan, bertindak, dan berperilaku.

  2. Tahap Meniru (Play Stage). Play stage adalah tahap seorang anak yang sudah pandai menirukan peran-peran tertentu, walaupun masih terbatas dan belum sempurna. Dalam tahapan ini, anak sudah mulai besar dan mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan tetangganya. Bersama teman sepermainannya, anak sudah mengenal teknik bermain peran. Misalnya, main perang-perangan, dokter-dokteran, ataupun polisi-polisian.

  3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage). Tahap siap bertindak atau game stage merupakan kelanjutan teknik bermain peran pada masa anak-anak. Anak pada masa ini berperan secara langsung dalam permainan sendiri dengan penuh kesadaran. Pada tahap ini anak akan memiliki partner interaksinya yang makin lama makin banyak. Anak sudah berkembang menjadi remaja yang tidak hanya bisa meniru peran seseorang yang diidolakannya, seolah-olah sudah mengidentikkan (menyamakan) dirinya dengan tokoh yang diidolakannya.

  4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized others)Tahap proses sosialisasi terakhir adalah tahap penerimaan norma kolektif atau generalized others. Pada masa ini manusia mendapatkan dirinya dengan sebutan manusia dewasa. Proses sosialisasi pada masa dewasa sudah mencapai titik yang paling optimal bagi seorang individu. Proses belajar tidak hanya melalui pola meniru, namun lebih menekankan arted kepada pola menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih luas. Pada tahap ini, individu sudah memperoleh status dan peranan dalam menyesuaikan dirinya dengan pola sosial budaya masyarakat tempatnya tinggal.
Proses Sosialisasi Menurut Erik Erikson (Teori Psikososial)



Erik Erikson merupakan seorang psikolog yang berpendapat bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam beberapa tahap. Setiap tahap menggambarkan dampak dari pengalaman sosial. Tahap-tahap tersebut adalah:
  1. Tahap 1 (usia 0 - 1,5 tahun). Pada tahap ini, anak menumbuhkan harapan dan mengembangkan rasa percaya saat orang tua (pengasuh/ lingkungan sosial) menyediakan kasih sayang, kelembutan, dan kepedulian. Jika tidak maka anak akan mengembangkan ketidakpercayaan.
  2. Tahap 2 (usia 1,5 - 3 tahun). Tahap ini adalah ahap usia dini dimana anak menumbuhkan tekad dan kehendak mereka hanya jika orang tua (pengasuh/ lingkungan sosial) menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kontrol diri serta kemandirian. Jika tidak maka yang tumbuh adalah keraguan dan rasa rendah diri.
  3. Tahap 3 (usia 3 - 5 tahun). Tahap ini adalah masa awal anak bersekolah. Mereka mulai mengeksplorasi maksud dan tujuan dalam kehidupan/ lingkungan mereka. Orang tua (pengasuh/ lingkungan sosial) perlu membuka banyak kesempatan pada anak untuk mengambil inisiatif. Jika tidak, maka yang tumbuh adalah rasa bersalah.
  4. Tahap 4 (usia 5 - 12 tahun). Pada tahap ini anak menumbuhkan rasa kompeten atau kebanggaan atas pencapaian dan kemampuan mereka. Orang tua (pengasuh/ lingkungan sosial) harus menyediakan pengalaman bagi anak untuk menumbuhkembangkan produktivitas dalam belajar. Jika tidak, maka dalam diri anak akan tumbuh rasa inferior, meras kecil dan tidak berarti.
  5. Tahap 5 (usia 12 - 18 tahun). Tahap ini adalah masa remaja. Karakteristik anak pada tahap ini adalah labil dan galau. Karena mereka sedang mencari dan mencoba menebalkan identitas diri. Pengalaman pada masa ini akan berpengaruh pada masa berikutnya. Mereka sedang mencari pegangan untuk menambatkan loyalitas mereka. Orang tua (pengasuh/ lingkungan sosial) perlu menuntun proses penguatan identitas agar mereka tidak mengalami kebingungan peran.
  6. Tahap 6 (usia 18 - 40 tahun).  Pada tahap ini seseorang mulai mengeksplorasi hubungan relasi yang sifatnya pribadi. Tahap ini adalah masa dewasa muda dimana mereka mulai mencari dan mendalami perasaan cinta. Mulai membangun rasa dan kedekatan intim dengan orang lain dan keluarga. Jika kesempatan untuk menumbuhkan itu semua tidak tersedia, maka akan berujung pada lemahnya dukungan sosial bagi dirinya, merasa terisolasi dari lingkungan sosialnya
Proses Sosialisasi Menurut Ki Hadjar Dewantara



Setiap manusia memiliki cara pandangnya sendiri  terhadap dunia aesuai dengan usia dan tahap tumbuh kembangnya. Ki hadjar Dewantara meyakini bahwa proses belajar harus selaras dengan kodrat anak. Pada tiap periode usia anak memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam proses belajar. Ki Hadjar Dewantara membagi periode usia anak menjadi tiga tingkatan jiwa tiap 8 tahun (windu), yaitu:

  1. Wiraga (periode usia 0-8 tahun). Pada periode ini jasmani (raga) dan indera anak tumbuh sangat pesat. Mereka harus banyak bergerak (melatih otot kasar/ besar), melatih otot halus, mengeksplorasi indera (pendengaran, perasa, pengecap, penciuman, peraba, termasuk imajinasi), dan mengenali simbol-simbol. Ki Hadjar Dewantara juga menyebautnya sebagai Taman Indria. Pada periode ini, guru terus berupaya fokus pada pemberian akses dan penyediaan pengalaman belajar anak agar makin merdeka dalam mengesplorasi dunianya (diri, sesama, dan lingkungan dekatnya).
  2. Wiraga- Wirama (periode usia 9-16 tahun). Pada periode ini anak mulai berkembang pikirannya. Maka, selain melanjutkan pendidikan untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan jasmani dan indera mereka yang belum usai, pendidik juga mulai fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras (seirama) dengan sesamanya dan lingkungannya. Pendidik pada periode ini menuntun anak untuk melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka (misalny) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, bukan sekedar menuruti/ mengikuti suatu aturan / kebiasaan saja.
  3. Wirama (periode usia 17-24 tahun). Pada usia ini guru menuntun dan menantang anak dalam hal pengelolaan diri dan pengenalan potensi dirinya. Anak mulai menata bagaimana agar masa depannya senantiasa seirama dengan sesama dan semesta. Anak dipaparkan pada keputusan-keputusan mengenai bagaimana menebalkan jati dirinya ditengah masyarakat dan lingkungan.  Mereka sadar bagaimana membawa diri sebagai manusia yang merdeka.
Demikian beberapa pendapat tentang proses sosialisasi dari beberapa ahli. Intinya, proses sosialisasi akan terjadi secara terus menerus sejak manusia dilahirkan sampai selamanya.  Proses sosialisasi dapat dikatakan sebagai pendidikan sepanjang hayat/ belajar sepanjang hayat.

Semoga bermanfaat
Salam dan bahagia

Referensi:


Dharma, Aditya. 2022. Modul 1.2 Guru Penggerak. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan teknologi.

https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/30/103000269/proses-sosialisasi-manusia-beserta-tahapannya